Belajar dari penduduk Ailah yang mata pencahariannya menangkap ikan di laut, lalu dikutuk menjadi kera karena durhaka meninggalkan ibadah Sabtuan, sungguh sebuah warning bagi kita umat Nabi Muhammad SAW yang punya syari’ah Jum’atan. Memang penduduk Ailah langsung dikutuk menjadi kera beneran, tapi umat sekarang tidak. Hanya dicap menjadi orang munafik.
Sesungguhnya dua kutukan itu sama saja. Dikutuk menjadi monyet adalah kutukan dalam bentuk fisik, sedangkan kutukan menjadi orang munafik adalah kutukan psikis atau moral. Memang umat sekarang tidak dikutuk fisik karena bukan eranya. Tapi moralnya rusak seperti moral monyet yang hewani. Artinya, orang yang sering meninggalkan ibadah jum’atan bisa jadi fisiknya tetap sebagai manusia, tapi hatinya seperti monyet. Sifat umum dari binatang adalah liar dan tidak bersyari’ah, sehingga hidup bebas melampiaskan nafsu biologis tanpa pandang halal atau haram. Sedangkan spesial monyet, setidaknya punya dua sifat khusus; Pertama, serakah dan kedua, ndableg.
Sedangkan kendablekan monyet nampak ketika dimarahi. Monyet yang sudah jinak, jika dimarahi pawangnya akan tertunduk diam, tapi matanya mecicil dan tengok-tengok. Begitulah sifat orang munafik yang susah mendengar nasehat. Andai terpaksa harus mendengarkan, maka dia tertunduk diam, tapi tolah-toleh. Nasehat masuk dari telinga kanan dan langsung keluar lewar telinga kiri. Bila kita kita sedang susah menerima nasehat atau tidak nyaman mendengarkan nasehat yang tertuju kepada kekurangan kita, maka itu tandanya kita sedang terkutuk sifat monyet.
Di kampung ada orang pinter, tapi kurang perhatian terhadap ibadah jum’ah. Bahkan sering abai dengan sekian dalil agama, karena dia memang punya banyak dalil. Pada masa tuanya, lelaki itu nampak payah, tidak sehat, hingga makin malas ibadah. Sungguh dikhawatirkan mati su’ul khatimah. Na’udz billah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar